Kamis, 13 September 2012

Kurikulum Tersembunyi


KURIKULUM TERSEMBUNYI DALAM IMAN KRISTEN

Istilah kurikulum tersembunyi naik daun sejak banyak bermunculannya sekolah negeri di Amerika Serikat (Vallance,1974). Pengertian kurikulum tersembunyi adalah tahap pembelajaran yang tujuan pembelajaran atau isi pembelajarannya tidak dideklarasikan secara terbuka antara pendidik dan murid (Martin,1976). Sebagai contoh, di dalam sebuah kelas bahasa Prancis, seorang guru memberitahukan tujuan pembelajaran kelas tersebut di awal kelas. Keadaan tersebut tidak dapat didefinisikan sebagai kurikulum tersembunyi, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa saat mempelajari bahasa Prancis akan terdapat kurikulum tersembunyi. Seorang peneliti berpendapat bahwa kurikulum tersembunyi bukanlah sesuatu yang dapat menambah pengertian akan mata pelajaran, tetapi membawa murid-murid untuk menganut suatu pemahaman, pendirian, atau pendapat. Kurikulum tersembunyi dapat terjadi di lingkungan luar sekolah, seperti pada lembaga informal yaitu tempat kursus. Kurikulum tersembunyi tidak terikat pada lembaga atau institusi namun terikat kepada proses pembelajaran. Sebagai contoh, sebuah sekolah memiliki pengeluaran besar akibat perbaikan fasilitas sekolah dan menyebabkan tagihan pajak meningkat. Hal itu tidak dapat disebut sebagai kurikulum tersembunyi karena hasil tersebut terjadi tidak melalui tahap pembelajaran (Martin, 1976).
Sifat kurikulum tersembunyi tidak terikat oleh apapun, seperti bahan mata pelajaran, karena tidak dapat mewakili sifat sesungguhnya, walaupun kulit luar dari kurikulum tersembunyi seharusnya berupa bahan pembelajaran (Martin,1976). Sehingga membuat proses pembelajaran yang berharga dari yang sebelumnya dianggap sepele oleh murid-murid. Kurikulum tersembunyi terdiri dari hal yang biasanya terdapat pada bahan pembelajaran akademik, seperti mempelajari fakta tambahan, teori ilmiah atau meneliti obyek tertentu dengan lebih dalam. Kurikulum tersembunyi tidak terikat oleh setting, waktu, maupun murid, tetapi dapat berubah-ubah (Martin, 1976). Oleh karena itu saat proses pencarian untuk menemukan kurikulum tersembunyi, bidang yang harus diteliti harus diperluas dengan setting di luar sekolah. Tidak pula terikat oleh waktu karena manusia yang adalah pelaksana kurikulum tersembunyi, tentu akan berubah. Perubahan itu antara lain perubahan hal yang disukai, pengetahuan akan dunia yang meluas dan keingintahuan meningkat. Tidak terikat oleh murid dapat terlihat dalam ilustrasi berikut. Di antara murid-murid di kelas hanya John yang mengapresiasi cetakan dari lukisan Picasso dengan mengamati setiap lembar cetakan yang ditempel oleh seorang guru di tembok kelas. Tujuan guru tersebut adalah untuk membuat pelajaran seni itu tidak terlihat membosankan, sehingga disajikan dengan cara bukan berupa presentasi di dalam kelas. Cara ini merupakan bagian kurikulum tersembunyi sekolahnya, setidaknya berpengaruh untuk John (Martin, 1976). Kesimpulannya adalah bahwa tahap pembelajaran dalam kurikulum tersembunyi tidak perlu terlihat sistematis dan hasilnya tidak harus terjadi pada semua murid, tetapi hanya murid-murid tertentu saja.
Tujuan pendidik menggunakan kurikulum tersembunyi yaitu sebagai kontrol sosial (Vallance, 1974). Maksudnya yaitu untuk menanamkan nilai-nilai politik, sosial, aturan untuk patuh, dengan kulit luar berupa bahan pengajaran. Kepatuhan di sini merujuk kepada kepatuhan yang tidak diwajibkan untuk semua murid karena disampaikan dengan tertutup. Walaupun disampaikan secara tertutup namun pada praktiknya hasil dari kurikulum tersembunyi dipertunjukkan secara terbuka (Valance, 1974).  Sebagai contoh, hal yang menyatakan salah satu bagian dari kurikulum tersembunyi yaitu selektif saat mempelajari perkembangan zaman dalam mata pelajaran sejarah di dalam kelas (Martin, 1976). Yang tidak sesuai dengan ideologi yang dianut pihak sekolah ataupun pendidik akan dihindari walaupun modul pembelajaran itu sudah disusun dalam silabus yang dibuat pemerintah. Hal yang dianut oleh para pendidik dapat menjadi kurikulum tersembunyi bagi murid-muridnya. Pengertian kurikulum tersembunyi dari sisi pelajar adalah pembentukan ideologi pribadi di luar dari setting pendidikan yang telah disediakan.
Terdapat perbedaan antara kurikulum tersembunyi dengan kurikulum yang ditujukan untuk memperoleh hasil lebih baik yang disebut dengan curriculum proper atau kurikulum-sebenarnya . Hal yang ditekankan dalam kurikulum-sebenarnya adalah kepatuhan yang diwajibkan bagi semua murid dan penekanan nilai kompetisi yang jauh lebih penting daripada kerjasama (Martin, 1976). Untuk membedakan keduanya, peneliti harus memperhatikan pula sesuatu yang biasanya tidak kita perhatikan, karena hal itu dapat pula termasuk dalam kurikulum tersembunyi atau kurikulum-sebenarnya. Seperti meneliti sumber yang digunakan, yaitu aktivitas yang umum digunakan saat pembelajaran contohnya permainan, bahasa yang digunakan pengajar, buku cetak maupun sumber audiovisual bahkan dalam hal yang diprioritaskan dalam kurikulum yang sekolah berikan. Kendala saat menentukan sumber-sumber tersebut terindikasi kurikulum tersembunyi atau tidak adalah terkadang sumber yang satu dengan yang lain yang digunakan, tidak terlihat hasil akhir yang bermakna dan berhubungan satu sama lain. Padahal sebenarnya mungkin saja bila sumber yang satu dengan yang lainnya saling melengkapi membentuk kurikulum tersembunyi yang ingin disampaikan pendidik.
Ilustrasi berikut dapat membantu pemahaman akan hal-hal yang terindikasi dalam kurikulum tersembunyi. Terdapat seorang murid bernama Elita. Ia adalah satu-satunya murid di sekolahnya dalam dua puluh tahun terakhir ini, yang tidak mempercayai bahwa wanita dapat menjadi dokter. Untuk mengetahui jenis kurikulum tersembunyi yang didapat Elita, maka peneliti yang ingin mengetahui kurikulum tersembunyi yang ada di dalamnya harus mencari tahu berbagai tempat dimana Elita berpartisipasi di dalam maupun di luar sekolah. Kurikulum tersembunyi yang diperoleh Elita berupa kumpulan tahap pembelajaran atau isi pembelajaran yang sangat mendominasi Elita (Martin,1976). Kurikulum tersembunyi dapat ditemukan pada apa yang telah dipelajari sebagai hasil praktik, prosedur, peraturan, hubungan, struktur, dan karakteristik fisik yang ada di dalam setting yang diberikan oleh pendidik. 
Ada dua jenis penyampaian kurikulum tersembunyi. Jenis pertama yaitu murid belum diberitahu tentang maksud pembelajaran tetapi murid sudah berhati-hati untuk mempelajarinya, contohnya dalam penggunaan permainan saat proses pembelajaran berlangsung (Martin,1976). Kurikulum tersembunyi yang tersimpan di dalam permaianan dapat berupa pembentukan ideologi  kepada murid untuk melakukan tahap pembelajaran yang kompetitif dan iri hati terhadap teman sebayanya. Jenis kedua yaitu murid sudah diberitahu secara terbuka maksud pembelajaran sehingga murid dapat bersiap-siap untuk berhati-hati olehnya. Untuk menghindari kurikulum tersembunyi, sebagai pelajar, mereka harus mencari tahu berbagai sumber pengetahuan dan meneliti kebenarannya dengan kritis, baik yang ada di dalam maupun di luar sekolah. Itulah senjata yang ampuh bagi para pelajar untuk menghindari dirinya dijadikan subyek kurikulum tersembunyi yang negatif. Sebagai guru, mereka harus semaksimal mungkin membuat kurikulum tersembunyi ( sesuatu yang terjadi ) menjadi kurikulum-sebenarnya ( sesuatu yang dimaksudkan untuk terjadi ) (Martin,1976).
Sebuah contoh suatu pembelajaran terencana yang diintegrasikan dengan kurikulum tersembunyi adalah seperti pada sekolah negeri Amerika di pertengahan abad sembilan belas (Vallance, 19794). Adanya pemisahan antara dunia sekuler dan dunia rohaniawi. Awalnya sekolah negeri di Amerika Serikat berbasis dengan doktrin agama Protestan nonsekatrian, artinya Protestan yang netral, tidak memihak golongan tertentu. Namun semakin lama merosot menjadi agama nonsektarian(Wolterstorff,2002). Hal itu terjadi karena semakin majemuknya bangsa Amerika oleh karena imigrasi besar-besaran yang terjadi di padang belantara Amerika. Sehingga untuk dapat hidup damai berdampingan satu sama lain dan menciptakan keadilan, mereka harus mengesampingkan masalah religius di muka umum. Mengenai kehidupan religius anak adalah tanggung jawab orang tua dan organisasi agama mereka sepenuhnya. Hal itu bukanlah tanggung jawab sekolah. Mereka berkeyakinan bahwa konflik agama dapat menjadi masalah besar bagi persatuan mereka bila dibuka di muka umum. Mayoritas bangsa Amerika berimigrasi dari Eropa ke Amerika untuk melarikan diri dari penindasan religius bangsa Eropa.
Saat ajaran Protestan yag mula-mula di sekolah telah luntur menjadi theisme yang hambar, sebuah ideologi lain yang non-Kristen seringkali masuk mengisi kevakuman yang ditimbulkan oleh lenyapnya ajaran Protestan. Seringkali ideologi-ideologi yang diajarkan di sekolah menjadi agama bagi bangsa yang negaranya demokratis. Salah satu ideologinya adalah Pragmatisme. Pragmatisme merupakan ajaran yang mengagungkan demokrasi. Pragmatisme yang digunakan Amerika bertujuan mengagungkan demokrasi Amerika. Semenjak itu tugas utama sekolah negeri adalah menanamkan nilai-nilai demokratis (Wolterstorff,2002). Kurikulum tersembunyi ditemukan saat sekolah berusaha menanamkan nilai kepada siswa/i nya untuk mengagungkan negara mereka melebihi Tuhan, karena tugas mereka yang terpenting adalah berusaha sebaik-baiknya untuk diri sendiri maupun negara. Sehingga saya pikir, ini adalah salah satu penyebab meningkatnya penganut atheisme di Amerika.
Dalam menyikapi kurikulum tersembunyi, sebagai guru Kristen, diharuskan untuk selalu membangun hubungan pribadi intim dengan Tuhan karena semakin beraneka ragamnya pengetahuan dan cara-cara yang dunia ajarkan. Sehingga seorang guru Kristen harus benar-benar menggumulkan pilihan yang harus diambilnya mengenai cara menyampaikan pengetahuan beserta isi pengetahuan yang akan diajarkannya. Tujuan mengajar yang benar harus tertanam dalam benak seorang guru Kristen yaitu bahwa ia mengajar untuk memperlengkapi kehidupan muridnya dengan iman di dalam tindakan nyata di dunia (Wolterstorff,2002). Sebagai guru pasti akan ada kurikulum tersembunyi yang tersisip saat proses mengajar murid, baik yang disadari maupun tidak disadari, direncanakan atau di luar dugaan. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan. Karena kurikulum tersembunyi bertujuan untuk pembentukan suatu ideologi yang dapat atau ditujukan dianut murid. Sekali guru memberikan kurikulum tersembunyi yang salah, maka akan berdampak buruk bagi muridnya dan dapat menjadi batu sandungan bagi kebenaran Firman Tuhan. Oleh karena itu seorang guru Kristen harus mempelajari bidang yang diajarkan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin, agar ia dapat memberikan yang terbaik yang ia miliki untuk kemuliaan Tuhan. Sehingga murid yang saya didik dapat melihat kebesaran, kemuliaan, dan kasih Allah melaluinya. Untuk mengurangi digunakannya suatu kurikulum tersembunyi yang negatif oleh guru Kristen,yakni melaksanakan kurikulum tersembunyi yang hanya untuk kepentingan dirinya saja, maka seorang guru Kristen harus mengizinkan dirinya untuk mendengar dan peduli terhadap orang lain, termasuk muridnya. Oleh karena pendidikan harus memenuhi kebutuhan murid di masa kini maupun di masa depan saat sudah lulus sekolah. Guru Kristen juga harus mendeklarasikan dari awal bahwa di setiap pelajaran akan disinggung perspektif Kristen dan murid-murid akan menulis refleksi pribadi. Serta menekankan bahwa setiap dari mereka harus sering terlibat dalam diskusi dan kegiatan aktif dalam masyarakat. Agar tidak hanya seperti sifat kurikulum tersembunyi yang hanya mempengaruhi beberapa orang saja, tetapi kurikulum yang seorang guru Kristen ajarkan dapat mendidik setiap pribadi karena setiap pribadi berharga di mata Allah. Sekolah juga harus terbuka terhadap orang tua dalam memberikan informasi yang semaksimal mungkin kepada mereka (Wolterstorff,2002). Sehingga mereka dapat turut serta dalam pembentukan karakter anaknya. Dan yang terpenting seorang guru Kristen harus dapat mendidik muridnya untuk aktif dalam pembentukan kebudayaan Kristen di dalam kehidupan di dunia ini. Itulah pergumulan yang terbesar yang harus dipikirkan dan diperjuangkan oleh seorang guru Kristen.








Referensi

Martin, Jane R,.(1976). What Should We Do with a Hidden Curriculum When We Find One?. Curriculum Inquiry, Vol. 6, No. 2. Retrieved March 14, 2011, from http://www.jstor.org/stable/1179759 .

Vallance, Elizabeth.(1974). Hiding the Hidden Curriculum: An Interpretation of the Language of Justification in Nineteenth-Century Educational Reform. Curriculum Theory Network, Vol. 4, No. 1. Retrieved March 14, 2011, from http://www.jstor.org/stable/1179123

Wolterstorff, Nicholas P,.(2004).Refleksi mengenai Pengajaran dan Pembelajaran Kristen: Mendidik Untuk Kehidupan.Surabaya:Momentum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar