KURIKULUM
TERSEMBUNYI DALAM IMAN KRISTEN
Istilah
kurikulum tersembunyi naik daun sejak banyak bermunculannya sekolah negeri di
Amerika Serikat (Vallance,1974). Pengertian kurikulum tersembunyi adalah tahap
pembelajaran yang tujuan pembelajaran atau isi pembelajarannya tidak
dideklarasikan secara terbuka antara pendidik dan murid (Martin,1976). Sebagai
contoh, di dalam sebuah kelas bahasa Prancis, seorang guru memberitahukan
tujuan pembelajaran kelas tersebut di awal kelas. Keadaan tersebut tidak dapat
didefinisikan sebagai kurikulum tersembunyi, tetapi tidak menutup kemungkinan
bahwa saat mempelajari bahasa Prancis akan terdapat kurikulum tersembunyi.
Seorang peneliti berpendapat bahwa kurikulum tersembunyi bukanlah sesuatu yang
dapat menambah pengertian akan mata pelajaran, tetapi membawa murid-murid untuk
menganut suatu pemahaman, pendirian, atau pendapat. Kurikulum tersembunyi dapat
terjadi di lingkungan luar sekolah, seperti pada lembaga informal yaitu tempat
kursus. Kurikulum tersembunyi tidak terikat pada lembaga atau institusi namun
terikat kepada proses pembelajaran. Sebagai contoh, sebuah sekolah memiliki
pengeluaran besar akibat perbaikan fasilitas sekolah dan menyebabkan tagihan
pajak meningkat. Hal itu tidak dapat disebut sebagai kurikulum tersembunyi
karena hasil tersebut terjadi tidak melalui tahap pembelajaran (Martin, 1976).
Sifat
kurikulum tersembunyi tidak terikat oleh apapun, seperti bahan mata pelajaran,
karena tidak dapat mewakili sifat sesungguhnya, walaupun kulit luar dari
kurikulum tersembunyi seharusnya berupa bahan pembelajaran (Martin,1976). Sehingga
membuat proses pembelajaran yang berharga dari yang sebelumnya dianggap sepele
oleh murid-murid. Kurikulum tersembunyi terdiri dari hal yang biasanya terdapat
pada bahan pembelajaran akademik, seperti mempelajari fakta tambahan, teori
ilmiah atau meneliti obyek tertentu dengan lebih dalam. Kurikulum tersembunyi
tidak terikat oleh setting, waktu, maupun murid, tetapi dapat berubah-ubah
(Martin, 1976). Oleh karena itu saat proses pencarian untuk menemukan kurikulum
tersembunyi, bidang yang harus diteliti harus diperluas dengan setting di luar
sekolah. Tidak pula terikat oleh waktu karena manusia yang adalah pelaksana
kurikulum tersembunyi, tentu akan berubah. Perubahan itu antara lain perubahan
hal yang disukai, pengetahuan akan dunia yang meluas dan keingintahuan
meningkat. Tidak terikat oleh murid dapat terlihat dalam ilustrasi berikut. Di
antara murid-murid di kelas hanya John yang mengapresiasi cetakan dari lukisan
Picasso dengan mengamati setiap lembar cetakan yang ditempel oleh seorang guru
di tembok kelas. Tujuan guru tersebut adalah untuk membuat pelajaran seni itu
tidak terlihat membosankan, sehingga disajikan dengan cara bukan berupa
presentasi di dalam kelas. Cara ini merupakan bagian kurikulum tersembunyi
sekolahnya, setidaknya berpengaruh untuk John (Martin, 1976). Kesimpulannya
adalah bahwa tahap pembelajaran dalam kurikulum tersembunyi tidak perlu
terlihat sistematis dan hasilnya tidak harus terjadi pada semua murid, tetapi
hanya murid-murid tertentu saja.
Tujuan
pendidik menggunakan kurikulum tersembunyi yaitu sebagai kontrol sosial
(Vallance, 1974). Maksudnya yaitu untuk menanamkan nilai-nilai politik, sosial,
aturan untuk patuh, dengan kulit luar berupa bahan pengajaran. Kepatuhan di
sini merujuk kepada kepatuhan yang tidak diwajibkan untuk semua murid karena
disampaikan dengan tertutup. Walaupun disampaikan secara tertutup namun pada
praktiknya hasil dari kurikulum tersembunyi dipertunjukkan secara terbuka
(Valance, 1974). Sebagai contoh, hal
yang menyatakan salah satu bagian dari kurikulum tersembunyi yaitu selektif saat mempelajari perkembangan
zaman dalam mata pelajaran sejarah di dalam kelas (Martin, 1976). Yang tidak
sesuai dengan ideologi yang dianut pihak sekolah ataupun pendidik akan
dihindari walaupun modul pembelajaran itu sudah disusun dalam silabus yang
dibuat pemerintah. Hal yang dianut oleh para pendidik dapat menjadi kurikulum
tersembunyi bagi murid-muridnya. Pengertian kurikulum tersembunyi dari sisi
pelajar adalah pembentukan ideologi pribadi di luar dari setting pendidikan
yang telah disediakan.
Terdapat
perbedaan antara kurikulum tersembunyi dengan kurikulum yang ditujukan untuk
memperoleh hasil lebih baik yang disebut dengan curriculum proper atau
kurikulum-sebenarnya . Hal yang ditekankan dalam kurikulum-sebenarnya
adalah kepatuhan yang diwajibkan bagi semua murid dan penekanan nilai kompetisi
yang jauh lebih penting daripada kerjasama (Martin, 1976). Untuk membedakan
keduanya, peneliti harus memperhatikan pula sesuatu yang biasanya tidak kita
perhatikan, karena hal itu dapat pula termasuk dalam kurikulum tersembunyi atau
kurikulum-sebenarnya. Seperti meneliti sumber yang digunakan, yaitu aktivitas
yang umum digunakan saat pembelajaran contohnya permainan, bahasa yang
digunakan pengajar, buku cetak maupun sumber audiovisual bahkan dalam hal yang
diprioritaskan dalam kurikulum yang sekolah berikan. Kendala saat menentukan
sumber-sumber tersebut terindikasi kurikulum tersembunyi atau tidak adalah
terkadang sumber yang satu dengan yang lain yang digunakan, tidak terlihat
hasil akhir yang bermakna dan berhubungan satu sama lain. Padahal sebenarnya
mungkin saja bila sumber yang satu dengan yang lainnya saling melengkapi
membentuk kurikulum tersembunyi yang ingin disampaikan pendidik.
Ilustrasi
berikut dapat membantu pemahaman akan hal-hal yang terindikasi dalam kurikulum
tersembunyi. Terdapat seorang murid bernama Elita. Ia adalah satu-satunya murid
di sekolahnya dalam dua puluh tahun terakhir ini, yang tidak mempercayai bahwa
wanita dapat menjadi dokter. Untuk mengetahui jenis kurikulum tersembunyi yang
didapat Elita, maka peneliti yang ingin mengetahui kurikulum tersembunyi yang
ada di dalamnya harus mencari tahu berbagai tempat dimana Elita berpartisipasi
di dalam maupun di luar sekolah. Kurikulum tersembunyi yang diperoleh Elita
berupa kumpulan tahap pembelajaran atau isi pembelajaran yang sangat
mendominasi Elita (Martin,1976). Kurikulum tersembunyi dapat ditemukan pada apa
yang telah dipelajari sebagai hasil praktik, prosedur, peraturan, hubungan,
struktur, dan karakteristik fisik yang ada di dalam setting yang diberikan oleh
pendidik.
Ada
dua jenis penyampaian kurikulum tersembunyi. Jenis pertama yaitu murid belum
diberitahu tentang maksud pembelajaran tetapi murid sudah berhati-hati untuk
mempelajarinya, contohnya dalam penggunaan permainan saat proses pembelajaran
berlangsung (Martin,1976). Kurikulum tersembunyi yang tersimpan di dalam
permaianan dapat berupa pembentukan ideologi
kepada murid untuk melakukan tahap pembelajaran yang kompetitif dan iri
hati terhadap teman sebayanya. Jenis kedua yaitu murid sudah diberitahu secara
terbuka maksud pembelajaran sehingga murid dapat bersiap-siap untuk
berhati-hati olehnya. Untuk menghindari kurikulum tersembunyi, sebagai pelajar,
mereka harus mencari tahu berbagai sumber pengetahuan dan meneliti kebenarannya
dengan kritis, baik yang ada di dalam maupun di luar sekolah. Itulah senjata
yang ampuh bagi para pelajar untuk menghindari dirinya dijadikan subyek
kurikulum tersembunyi yang negatif. Sebagai guru, mereka harus semaksimal
mungkin membuat kurikulum tersembunyi ( sesuatu yang terjadi ) menjadi
kurikulum-sebenarnya ( sesuatu yang dimaksudkan untuk terjadi ) (Martin,1976).
Sebuah
contoh suatu pembelajaran terencana yang diintegrasikan dengan kurikulum
tersembunyi adalah seperti pada sekolah negeri Amerika di pertengahan abad
sembilan belas (Vallance, 19794). Adanya pemisahan antara dunia sekuler dan
dunia rohaniawi. Awalnya sekolah negeri di Amerika Serikat berbasis dengan
doktrin agama Protestan nonsekatrian, artinya Protestan yang netral, tidak
memihak golongan tertentu. Namun semakin lama merosot menjadi agama
nonsektarian(Wolterstorff,2002). Hal itu terjadi karena semakin majemuknya
bangsa Amerika oleh karena imigrasi besar-besaran yang terjadi di padang
belantara Amerika. Sehingga untuk dapat hidup damai berdampingan satu sama lain
dan menciptakan keadilan, mereka harus mengesampingkan masalah religius di muka
umum. Mengenai kehidupan religius anak adalah tanggung jawab orang tua dan
organisasi agama mereka sepenuhnya. Hal itu bukanlah tanggung jawab sekolah.
Mereka berkeyakinan bahwa konflik agama dapat menjadi masalah besar bagi
persatuan mereka bila dibuka di muka umum. Mayoritas bangsa Amerika berimigrasi
dari Eropa ke Amerika untuk melarikan diri dari penindasan religius bangsa
Eropa.
Saat
ajaran Protestan yag mula-mula di sekolah telah luntur menjadi theisme yang
hambar, sebuah ideologi lain yang non-Kristen seringkali masuk mengisi
kevakuman yang ditimbulkan oleh lenyapnya ajaran Protestan. Seringkali
ideologi-ideologi yang diajarkan di sekolah menjadi agama bagi bangsa yang
negaranya demokratis. Salah satu ideologinya adalah Pragmatisme. Pragmatisme
merupakan ajaran yang mengagungkan demokrasi. Pragmatisme yang digunakan
Amerika bertujuan mengagungkan demokrasi Amerika. Semenjak itu tugas utama
sekolah negeri adalah menanamkan nilai-nilai demokratis (Wolterstorff,2002).
Kurikulum tersembunyi ditemukan saat sekolah berusaha menanamkan nilai kepada
siswa/i nya untuk mengagungkan negara mereka melebihi Tuhan, karena tugas
mereka yang terpenting adalah berusaha sebaik-baiknya untuk diri sendiri maupun
negara. Sehingga saya pikir, ini adalah salah satu penyebab meningkatnya
penganut atheisme di Amerika.
Dalam
menyikapi kurikulum tersembunyi, sebagai guru Kristen, diharuskan untuk selalu
membangun hubungan pribadi intim dengan Tuhan karena semakin beraneka ragamnya
pengetahuan dan cara-cara yang dunia ajarkan. Sehingga seorang guru Kristen
harus benar-benar menggumulkan pilihan yang harus diambilnya mengenai cara
menyampaikan pengetahuan beserta isi pengetahuan yang akan diajarkannya. Tujuan
mengajar yang benar harus tertanam dalam benak seorang guru Kristen yaitu bahwa
ia mengajar untuk memperlengkapi kehidupan muridnya dengan iman di dalam
tindakan nyata di dunia (Wolterstorff,2002). Sebagai guru pasti akan ada
kurikulum tersembunyi yang tersisip saat proses mengajar murid, baik yang
disadari maupun tidak disadari, direncanakan atau di luar dugaan. Hal ini
sangat penting untuk diperhatikan. Karena kurikulum tersembunyi bertujuan untuk
pembentukan suatu ideologi yang dapat atau ditujukan dianut murid. Sekali guru
memberikan kurikulum tersembunyi yang salah, maka akan berdampak buruk bagi
muridnya dan dapat menjadi batu sandungan bagi kebenaran Firman Tuhan. Oleh
karena itu seorang guru Kristen harus mempelajari bidang yang diajarkan
sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin, agar ia dapat memberikan yang terbaik
yang ia miliki untuk kemuliaan Tuhan. Sehingga murid yang saya didik dapat
melihat kebesaran, kemuliaan, dan kasih Allah melaluinya. Untuk mengurangi
digunakannya suatu kurikulum tersembunyi yang negatif oleh guru Kristen,yakni
melaksanakan kurikulum tersembunyi yang hanya untuk kepentingan dirinya saja,
maka seorang guru Kristen harus mengizinkan dirinya untuk mendengar dan peduli
terhadap orang lain, termasuk muridnya. Oleh karena pendidikan harus memenuhi
kebutuhan murid di masa kini maupun di masa depan saat sudah lulus sekolah.
Guru Kristen juga harus mendeklarasikan dari awal bahwa di setiap pelajaran
akan disinggung perspektif Kristen dan murid-murid akan menulis refleksi
pribadi. Serta menekankan bahwa setiap dari mereka harus sering terlibat dalam
diskusi dan kegiatan aktif dalam masyarakat. Agar tidak hanya seperti sifat
kurikulum tersembunyi yang hanya mempengaruhi beberapa orang saja, tetapi
kurikulum yang seorang guru Kristen ajarkan dapat mendidik setiap pribadi
karena setiap pribadi berharga di mata Allah. Sekolah juga harus terbuka
terhadap orang tua dalam memberikan informasi yang semaksimal mungkin kepada
mereka (Wolterstorff,2002). Sehingga mereka dapat turut serta dalam pembentukan
karakter anaknya. Dan yang terpenting seorang guru Kristen harus dapat mendidik
muridnya untuk aktif dalam pembentukan kebudayaan Kristen di dalam kehidupan di
dunia ini. Itulah pergumulan yang terbesar yang harus dipikirkan dan
diperjuangkan oleh seorang guru Kristen.
Referensi
Martin, Jane R,.(1976). What Should We Do with
a Hidden Curriculum When We Find One?. Curriculum Inquiry, Vol. 6, No. 2.
Retrieved March 14, 2011, from http://www.jstor.org/stable/1179759 .
Vallance, Elizabeth.(1974). Hiding the Hidden Curriculum: An Interpretation of the Language of
Justification in Nineteenth-Century Educational Reform. Curriculum Theory
Network, Vol. 4, No. 1. Retrieved March 14, 2011, from http://www.jstor.org/stable/1179123
Wolterstorff, Nicholas P,.(2004).Refleksi mengenai
Pengajaran dan Pembelajaran Kristen: Mendidik Untuk Kehidupan.Surabaya:Momentum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar